Monday, September 27, 2010

MAHAR CINTA

Andainya dapat engkau mendengarkan
Suara dihati melagukan rindu
Kiranya engkau mampu mentafsirkan
Setiapkan bait kata-kata yang terucap

Pasti dirimu kan memahami
Harapan kasih yang terbina
Sekian lamanya disudut hatiku
Hanyalah untukmu

Bukanlah aku sengaja
Melindungi rasa di jiwa
Namun bimbang diri kan terleka
Hanyut dibuai angan dan mimpi indah
Hingga terabai segala cita
Sedang khayalan tak menjanjikan
Segunung kebahagiaan
Sebagai mahar hantaran

Apakah mungkin engkau mengerti
Setiap cinta yang dilafazkan
Bukanlah sekadar mainan
Tetapi sebuah janji

Andainya dapat engkau mendengarkan
Suara dihatiku melagukan rindu
Kiranya engkau bisa mentafsirkan
Setiap bait kata-kata yang terungkap

Pasti dirimu dapat melihat
Rahsia kasih yang terpendam
Sekian lama disudut hatiku
Hanyalah untukmu
Selamanya....

Wednesday, September 22, 2010

renung-renungkan...

Petiklah Bunga Itu Wahai Kumbang Sakti
www.iluvislam.com
Editor: Isyrak



Bunga mekar di taman larangan

Elok kelopaknya, elok harumannya

Dijaga rapi Sang Penjaga

Dihias tertib tiada tercela

Aku menyaksikan bunga itu kembang

dan aku juga menyaksikan bunga itu layu.

Lantas! Siapa yang harus kupersalahkan?

Bunga itu? Atau kamu sang kumbang?

Atau kamu?

Tika bunga itu mula menjalar indah ke hentian tertinggi,

Kau datang merampas langkahnya.

Kau datang menghalang cintanya.

Ya!

Kamu datang menghalang cintanya

pada Raja Segala Cinta.

Masakan tidak kamu ketahui?

Cintanya itu milik Raja Segala Cinta!

Kamu tahu itu?

Kamu sedar itu?

Bukankah kamu kumbang sakti?

Mengapa tegar untukmu,

merampas dan merosak cintanya pada Si Dia?

Kamu datang membawa sejuta janji

Kamu datang membawa sejuta pengharapan

Dia itu bunga, wahai kumbang.

Dia itu bunga.

Disentuh oleh tangan asing, layulah dia

Dibuai cerita angkasa melangit, terbanglah dia.

Jangan kau gantung dia tiada bertali

Jangan kau biarkan dia lemah tiada hati

Jika benar kamu kumbang sakti, bunga itu tidak perlu tersungkur.

Petiklah dia.

Secepatnya.

Lekas! Jangan sampai bunga itu hilang seri

Saktimu dan serinya akan mengembalikan cahaya alam buana ini.

Bukankah itu ajaran Rasul kita?

Bukankah itu mengelakkan kemurkaan Tuhan kita?

Dari kamu berterus-terusan menghentak kaki, ego tiada bertepi, lekaslahhh..

Petik bunga itu dan berlarilah kamu di syurga nanti

Aku sayangkan bunga

dan kamu wahai kumbang

Cinta mana yang harus kusumpah menjadi racun?

Cinta yang membuatkan bunga dan kumbang tenggelam di alam fantasi.

Siramkan air dan baja

Mentari! Pancarkan cahaya!

Sempurnakan ia mengikut acuan yang sudah ditetapkan

Jangan diambil racun berbisa andai taman syurga bisa jadi milik kalian berdua

Petik dia.

Mohon petunjuk Raja Segala Cinta

Minta restu kedua orang tua

Dan aku mendoakan sentiasa

Bukan aku memaksa.

Tapi aku terpaksa

Sampai bila harus kau biarkan bunga itu terkulai di situ?

Dia perlukan jawapan.

Petik dia secepat yang kau mampu kumbang..

Andai bunga itu yang hadir dalam petunjukNya

Andai bunga itu yang tersenyum indah dalam mimpimu

Andai kamulah kumbang sakti itu..

Buktikan pada dunia kamu punya kuasa itu

Allah akan mempermudahkan segalanya.

Janji Allah itu pasti

"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusanyang dikehendakiNya."

[At-Talaq:2-3]

Renungan Pernikahan

by Renungan Kisah Inspiratif Muslimah

Tidak ada yang salah manakala seorang muslimah merindukan cinta dan kasih sayang dari seseorang yang diharapkan akan menjadi pendamping hidupnya. Setiap insan termasuk seorang muslimah pun berhak dan lumrah untuk merasakan kerinduan semacam itu. Meskipun tak terungkap secara lisan, penantian dan impian untuk menggapai sebuah mahligai pernikahan adalah puncak gelisah dan kerinduan yang merupakan salah satu bentuk ujian seorang gadis muslim.

Ibarat sekuntum bunga yang sedang mekar atau bahkan telah mekar dan matang dalam waktu yang sudah cukup lama, adanya kecenderungan untuk disentuh oleh si kumbang jantan yang menawan dan memberikan sari madunya adalah adalah salah satu fitrah yang lumrah dirasakan oleh dirasakan oleh seorang gadis. Sayangnya, saat ini banyak sekali dan semakin banyak kumbang-kumbang jantan yang hanya mengobral rayuan gombal, kata-kata picisan, hanya menggoda, bahkan hanya ingin menghisap sari madu dari sang gadis saja, setelah dapat ia terbang dan menghilang entah kemana. Sedikit sekali kumbang-kumbang jantan yang bersedia berjuang untuk membawa sang gadis dengan jalan yang diridhoi oleh Allah swt, yaitu sebuah jalan pernikahan.

Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci, maka sudah sepatutnyalah setiap langkah untuk mencapainya pun harus dilakukan dengan cara yang suci. Manakala seorang gadis telah merasakan kerinduan akan seorang pendamping hidup, artinya secara sadar maupun tidak ia telah melangkahkan kakinya pada salah satu jalan yang akan menghantarkan pikiran dan hatinya pada sebuah mahligai pernikahan. Untuk itu, hendaknya ia senantiasa berjaga dengan kuat dan berhati-hati dalam setiap langkah. Jangan sampai ada noda yang tercecer dan mengotori jalan yang suci ini hingga tiba saat yang dinanti-nanti, yaitu ketika Allah meridhoi dan mewujudkan sebuah pernikahan indah dan suci yang selama ini didambakan.

Memang, penantian tidaklah membutuhkan tenaga yang ekstra besar. Namun, sebagian besar manusia pun mengakui bahwa penantian adalah salah satu pekerjaan yang sangat melelahkan. Terlebih lagi penantian untuk sebuah pernikahan, ini merupakan sebuah penantian besar yang sangat melelahkan. Karena, dalam penantian inilah syaithon-syaithon dalam bentuk nafsu dan syahwat senantiasa menghampiri. Manakala seorang gadis tengah berada dalam lelahnya sebuah penantian, maka pada saat itulah syaithon-syaithon sedang menatapnya sebagai sebuah sarapan pagi yang lezat dan siap untuk disantap. Oleh karena itu, seorang muslimah hendaknya benar-benar mengerti hal-hal yang sebaiknya ia lakukan dalam masa penantiannya. Dengan demikian, penantiannya untuk sebuah pernikahan yang indah dan suci tidak akan sia-sia, dan Allah akan memberikannya seorang pendamping Robbani dalam pernikahan yang telah menjadi impian.

Pernikahan adalah awal dari sebuah kehidupan dan perjalanan hidup yang baru. Idealnya, perjalanan panjang hendaknya disertai dengan bekal yang benar dan cukup. Demikian pula dengan pernikahan, membutuhkan bekal yang tidak sedikit dan sembarangan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sepatutnya dilakukan dan diistiqomahkan oleh seorang muslimah dalam penantiannya untuk menuju sebuah pernikahan yang diridhoi oleh Allah swt. Langkah-langkah inilah yang insya Allah akan menjadi bekal untuk berlayar di atas lautan dan gelombang kehidupan dengan ombak dan badai yang selalu mengintai. Langkah-langkah inilah yang akan menjadi kompas dan bahan bakar untuk perahu pernikahan.


1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah

Menantikan seorang lelaki sholih yang akan meminang dan menyandingnya dalam sakralnya pernikahan memang akan memancing datangnya berbagai bentuk godaan. Untuk itulah, seorang muslimah hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya (baik ibadah fardhu maupun sunnah) untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Insya Allah, dengan peningkatan ibadah ini Allah akan memberikan kekuatan dan pertolongannya untuk menghadapi godaan-godaan yang mencoba untuk menggoyahkan dan memikatnya.


2. Istiqomah dalam doa dan tawakal

Sesungguhnya, segala sesuatu yang terjadi maupun yang tidak terjadi adalah hanya atas kehendak Allah swt semata. Rizki, maut, dan juga jodoh, itu semua berada dalam genggaman Allah swt, tidak akan ada yang mampu merubahnya kecuali Dia. Dan sebagai manusia, yang diwajibkan hanyalah berusaha dan berdoa dengan sebaik-baiknya. Kemudian bertakwakallah kepada-Nya, serahkan dan percayakan segala keputusan final hanya kepada-Nya. Janganlah pesimis dan berburuk sangka kepada Allah, karena Allah akan mengikuti persangkaan hamba-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqoroh: 153)

Istiqomahlah dalam berdoa agar diberikan pendamping hidup yang sholeh, dan dikaruniakan sebuah pernikahan yang barokah sehingga membawa kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Yakinlah bahwa Allah lebih mengerti apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan yakinlah, bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya.


3. Mempersiapkan diri

Meskipun dinanti-nanti, namun pernikahan bukanlah hal sepele yang dapat dicapai dan dijalani dengan sembarangan atau asal mau saja. Ketika seorang wanita telah memasuki pintu pernikahan, maka secara otomatis kewajibannya pun telah bertambah (demikian pula halnya dengan laki-laki). Maka dari itu, hendaknya seorang muslimah senantiasa mempersiapkan dirinya sebelum seorang pangerang yang diutus oleh Allah swt datang untuk menjemput dan membawanya menuju istana pernikahan yang sakral.

Teruslah membekali diri dengan ilmu, khususnya ilmu agama, dan terutama ilmu agama yang berkaitan dengan masalah kerumah tanggaan. Selain itu, seorang muslimah juga harus membekali dirinya dengan keterampilan berumah tangga. Dan bekal yang terakhir adalah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang isteri sholihah yang taat dan senantiasa menyenangkan hati suami.

Saudariku, pernikahan adalah dambaan bagi setiap insan, tidak terkecuali seorang muslimah. Dan menunggu pangeran sholih yang akan menjemputnya menuju mahligai pernikahan yang sakral, bukanlah perjuangan yang ringan. Gelisah, gundah, tanda tanya, harap, cemas, semua membaur menjadi satu. Namun, sekali lagi pernikahan bukanlah ikatan yang dapat dijalin dengan “mau” saja. Untuk menuju pernikahan yang barokah, dibutuhkan bekal-bekal yang benar dan cukup. Jangan sampai kita kehabisan bahan bakar ataupun perbekalan ketikan sedang menyelami lautan pernikahan. Terlebih lagi menyelami lautan pernikahan tanpa membawa bekal, anda akan kelaparan dan kehausan. Jangan sampai anda melupakan peta dan kompas manakala hendak menjelajahi belantara pernikahan.

Saudariku, rindukanlah sebuah pernikahan sakinah, mawaddah, warrohmah. Rindukanlah seorang pendamping hidup yang akan membawa ikatan pernikahan mulia di dunia dan akhirat. Dan tidaklah sebuah pernikahan akan sakinah, mawaddah, warrohmah, melainkan dengan kita memperjuangkannya di jalan yang diridhoi oleh Allah, melainkan kita masuki pintu pernikahan tersebut dengan menyebut asma Allah. Dan tidaklah senuah pernikahan akan sakinah, mawaddah, warrohmah, kecuali kita menjalankannya dengan bekal yang cukup, dengan bekal yang benar. Allah, adalah pangkal tolak dan arah melangkah kita dalam menanti dan mengemudikan sebuah pernikahan.

Pernikahan yang barokah adalah pernikahan yang dilandasi dengan nilai-nilai iman dan takwa. Hanya pernikahan yang barokahlah yang akan memberikan kebagiaan dunia dan akhirat. Pernikahan dibawah naungan islam, pernikahan dibawah naungan Allah adalah pernikahan yang menjadi dambaan orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Tiga langkah di atas merupakan secuil ikhtiar yang jika direalisasikan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan keistiqomahan, insya Allah akan menjaga diri kita dari godaan-godaan yang menerpa manakala berada disebuah jalan menuju pernikahan. Dan insya Allah akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam mengaruhi bahtera pernikahan kelak.



Tuesday, September 21, 2010

hehehehe....

Manual Bercinta: Perigi Timba Sama Mencari
www.iluvislam.com
Oleh: Ahmad Fahmi
Editor: Rasailul Ashwaq

"Sekarang lepas habis degree, nak buat apa pula? Nak kerja atau sambung lagi buat master?," saya bertanya.

Pada malam itu,
alhamdulillah, diizinkan oleh Allah s.w.t. sempat bertukar khabar, bertanya berita kepada seorang kenalan yang berstatus kakak, yang saya kenal hampir 15 tahun silam. Beliau juga antara insan yang saya amat kagumi dan hormati. Akhlaknya baik dan dalam bidang akademik, mendapat anugerah dekan itu biasa. Mantap pokoknya.

"Akak rasa nak jadi pensyarah. Kebetulan habis
degree, pihak universiti tawar sambung master. InsyAllah kakak rasa nak sambung master," jawab beliau. Dengan keputusan yang cemerlang, bukan satu hal yang sukar untuk mendapat tawaran ini. Walaupun dengan usia yang muda, seawal 25 tahun.

"
Ngomong-ngomong, sekarang sudah masuk umur 25. Sudah ada calon belum kak?," saya cuba mencuit dengan nada bercanda.

"Erm, itu yang akak nak cerita dan minta pendapat Ami ni."


"Owh... beres. Ceritalah... kalau boleh saya bagi pandangan, ya saya bagi. Jika tak boleh, sekurang-kurangnya menjadi pendengar yang baik," jelas saya.

"Ada seorang yang suka pada akak, tapi akak tak berapa berminat kerana
akhlaknya tak bagus. Jadi akak tolaklah."

"Bagus, seharusnya macam itulah," komentar saya. Menambah rancak perbualan.


"Itu tak apa lagi. Akak tak kisah pun. Cuma sekarang, bimbang juga, dengan umur sudah masuk 25, tambah pula nak sambung master. Tak ramai lelaki yang berani," jelas beliau.


Sudah menjadi polemik dalam kalangan masyarakat apabila kita bercerita tentang dua kutub insan ini, faktor akademik dan taraf hidup menjadi permasalahan.


Wanita ramai di pusat pengajian awam, lelaki ramai di pusat serenti.
Wanita ramai mencari ijazah, lelaki ramai berusaha menjadi jenazah. Dijalan raya yang "lurus". Itu baru dibuka cerita hal kelayakan duniawi, belum bersembang bab kelayakan akhirat. Susut, paras kritikal.

Lantas kebimbangan yang dikongsi itu, sebenarnya wajar dan tidak dapat tidak, kita harus mengakuinya. Ralit masyarakat kita, umur 25 tahun, adalah umur yang paling "cun" untuk melangkah ke alam sana. Menghampiri ke umur itu, cukup mendebarkan buat si gadis. Saya mengerti.


"Jadi sampai sekarang, tak ada lagi lah lelaki yang masuk merisik khabar?" tanya saya.


"Erm, belum ada. Cuma macam ni, akak ada berkenan dengan seorang lelaki ini. Baik perangai dan
insyallah soleh. Cuma itu di peringkat akak, jika dia, akak belum tahulah bagaimana."

"Jadi nak minta pandangan Ami, macam mana nak buat?" tanya beliau.

Mainstream Masyarakat

Selalunya, setiap hubungan itu dimulai oleh si jejaka. Mendekati si gadis, merisik si gadis, sehingga meminang si gadis. Caranya pelbagai.
Bagi lelaki yang faham apa itu Islam, apa itu hukum syarak, si jejaka akan menguruskan dengan panduan tersebut. Tapi tidak kurang juga, lelaki mengambil panduan bukan dari firman tertinggi, ayat-ayat cinta, al-Quran dan sunnah!

Apabila lampu hijau diberikan oleh si gadis, biasanya selepas itu akan menyusullah ijab dan kabul. Lelaki meminang wanita, itu biasa dan lumrah bagi masyarakat.


"Apa kata, akak yang mulakan dulu. Maksud saya akak yang merisik lelaki tu?" cadangan "ganjil" saya.


"Ish Ami... seganlah. Tak buat dek orang," pintas beliau.


Ya... perempuan meminang lelaki itu aneh bagi masyarakat kita. Tetapi jika kita menyemak kembali helaian sejarah gemilang, yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabat, hubungan membina keluarga Muslim lagi mukmin itu bukan dengan cara satu hala.

Ada sirah mentafsirkan hubungan itu dimulai oleh jejaka meminang wanita. Dalam pada masa yang sama, ada sirah mencatatkan hubungan itu dimulai oleh wanita itu sendiri.
Lupakah kita dengan kisah cinta Murabbi Cinta kita, Rasulullah s.a.w. dengan wanita syurga, Siti Khadijah. Dalam kisah cinta, cinta terbaik yang harus kita umat akhir zaman contohi sudah semestinya baginda. Ini membuktikan, pinangan itu bukan satu talian kehidupan yang bersifat satu hala, tetapi boleh bertukar menjadi dua hala. Tergantung keadaan dan masa.

Seganlah!


Ya segan, kerana tidak dibuat dek orang kita. Sedangkan syariat begitu luar melebar dalam menata hidup umat Islam. Cukup cantik dan cukup sempurna, berbanding keterikatan adat yang menyempit. Menyusahkan.


Yang wajib, tidak dibuat.
Yang sunat, dilihat wajib.
Yang haram, itu dipertahan!

Sebenarnya, ada sesetengah adat dan syariat yang boleh dicantumkan. Dan jika ada pertembungan, bagi kita yang mengaku beriman dengan Allah dan Rasul,
syariat itu diletakkan di hadapan sekali hatta pedang di leher sekalipun.

Kebenaran itu di zaman ini dilihat asing dan janggal di mata masyarakat. Justeru menjadi "cicak yang pekak" amat dituntut biarpun dicop sebagai tidak tahu malu!


Cara Menghubung

"Habis tu macam mana akak nak buat? Takkan akak nak jumpa dia, tanya nombor telefon keluarga dia... aneh la dan malu lagi," jelas beliau.


"Haa.. ada caranya dan
malu itu tandanya ada iman," pintas saya.

Sering kita, malu itu malu tidak bertempat. Ramai wanita ke pusat membeli-belah dengan menayang pusat, bertepuk tampar dengan lelaki bukan muhrim, keluar malam tak ingat dunia, berpeleseran di tempat awam tanpa segan dan malu. Buta hujung, buta pangkal.

Mahu meminang lelaki yang baik untuk diri sendiri? Ah... malu. Malu tidak bertempat.

Jika melamar lelaki itu dibenarkan syariat, kenapa tidak?

"Saya cadangkan, akak risik dia melalui orang tengah. Orang tengah ini bukan sebarang orang boleh jadi.
Dia harus orang yang amanah dengan rahsia dan baik akhlaknya. Jika kita lihat Siti Khadijah itu sendiri dalam meminang lelaki terbaik di dunia, Rasulullah s.a.w. juga melalui orang tengah. Jadi, mengunakan orang tengah adalah jalan terbaik dan dan lebih mulia bagi seorang wanita," terang saya.

"Biasanya, orang tengah itu siapa?"


"Biasa orang tengah itu, pasangan yang sudah bernikah. Dan pasangan ini baik antara akak dan lelaki itu. Jadi akak boleh sampaikan hasrat melalui isteri, dan akan disampaikan ke lelaki itu melalui si suami."


"Menarik... tapi itulah segan juga tu. Macam tak laku pula."


"Biar memilih, asal jangan salah pilih. Pernikahan, bukan untuk sehari dua. Kita cuba untuk selamanya. Tempat kita mencari ketenangan. Tak laku,
low class atau segala macam title yang diberikan, semuanya sekadar kata manusia. Biar di pandangan manusia low class, tetapi Allah lihat kita hamba yang high class."

"Hurmm..."


"Pandangan kita, gadis bertukar pasangan sekerap menukar lampin bayi, itu
high class, hot stuff. Dibawa ke hilir jantan ini, dibawa ke hulu jantan ini. Itulah "gadis laku" di zaman kita. Jika begitulah, biar tak laku pun apa. Allah lebih mengetahui," saya memberi semangat.

"Cuma satu lagi akak bimbang, macam mana kalau pinangan ditolak lelaki tu? Malulah."


"Disini peranan orang tengah menjadi penghubung yang paling penting. Jika orang tengah itu
amanah dan bijaksana dalam melaksanakan misinya, insyallah jika ditolak sekalipun kita masih santai kerana kerahsiaan amat terjaga. Apa-apa pun, doa, usaha dan tawakal itu kuncinya," jawab saya.

Perigi mencari timba atau timba mencari perigi, masih dalam lingkungan kaedah.
Dan jangan kita terlupa core bisnes kita di dunia. Sudah solehkah kita? Sudah solehahkah kita? Dengan menyelesaikan persoalan tentang diri kita, urusan si dia, dengan izin Allah dipermudahkan.

Lelaki baik, untuk wanita baik. Wanita baik, untuk lelaki baik. Itu sifir Ilahi! Itu firman tertinggi! Mahu kita percaya? Tidak perlu dijawab, tanyalah iman!

"Wanita-wanita yang keji untuk lelaki yang keji. Dan lelaki yang keji untuk wanita-wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik diperuntukkan bagi lelaki yang baik, dan lelaki yang baik diperuntukkan bagi wanita yang baik (pula)."

(Surah An-Nur:26)
Biar memilih asal jangan salah pilih...